Saat hujan turun dan
membasahi bumi yang sedang kering
Aroma tanah tercium
harum begitu lembut
Deru angin terdengar
mengerikan dengan iringan halilintar yang teratur
Kilatan cahaya putih
tak kunjung berhenti menari diatas langit lembut
Tatapan cakrawala yang
kelam seakan marah menatap masa yang terlupakan asa
Cahaya sendu mencoba
menerobos kepedihan alam
Tapi sang ruang seakan
menghalangi ketulusan sang cahaya
Mentari seakan enggan
untuk bersinar kembali
Rembulan dan bintang
pun ikut menghilang dibalik awan kelabu
Entah malu atau malas
Menatap makhluk
penghuni bumi
Yang kotor dan penuh
dengan kenistaan
Darah ini berdesir
cepat saat sang alam mulai memperlihatkan kemarahaannya
Hanya ada satu kalimat
yang mampu terbesit dibenakku
Masih pantaskah aku
menghuni bumi ini
Masih pantaskah aku
menginjak dan merasakan kebaikaanya
Sedangkan tak ada satu
pun hal yang bisa kulakukan untuk memperbaikinya
Aku malu pada langit
Aku malu pada mentari
dan rembulan
Dan aku pun malu pada
sang waktu
Penyesalan yang tak
berujung menyelimutiku dan menghantui setiap langkah ku
Mengisi benakku dengan
penderitaan
Membuatku semakin
merasa bersalah
Jutaan kosmik
menertawakan kebodohanku
Dan aku pun semakin
terseret kedalam rasa bersalah
Tuhan izinkan aku untuk
memperbaiki ini semua
Meskipun tidak mungkin
akan sesempurna seperti dulu
Tapi setidaknya aku
pernah mencoba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar